Penyebaran Islam di Kabupaten Mojokerto tak lepas
dari sosok Syekh Jamaluddin Al Husain Al Akbar alias
Sayyid Hussein atau yang disebut dengan Syekh Jumadil Kubro.
Di Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto, terdapat komplek pemakaman dipercaya oleh
masyarakat setempat sebagai makam Syekh Jumadil Kubro.
Secara garis keturunan, Syekh Jumadil Kubro merupakan
keturunan Rasulullah SAW melalui generasi ke delapan.
Syekh Jumadil Kubro memiliki hubungan erat dengan
Kerajaan Campa, Kamboja.
Sebelum menginjak ke Tanah Jawa, Syekh Jumadil Kubro
mengunjungi Campa terlebih dahulu untuk bertemu anaknya,
Maulana Malik Ibrahim Asmorokondi ayah
dari Raden Rahmat (Sunan Ampel).
Sebab itulah Syekh Jumadil Kubro juga disebut
sebagai punjer dari Walisongo.
Syekh Jumadil Kubro, seorang ulama dari Samarkand,
Uzbekistan.
Lahir sekitar tahun 1349 M, datang ke Tanah Jawa
pada tahun 1399 sebagai pedagang dan pendakwah,
menyebarkan agama Islam.
Saat tiba di Jawa, dia memilih wilayah lingkungan
Kerajaan Majapahit sebagai tempatnya berdakwah.
Berada di wilayah yang mayoritas beragama Hindu
tak menyurutkan semangat Syekh Jumadil Kubro dalam
menyebarkan agama Islam.
Strategi yang dibangun olehnya tembus hingga dinding
petinggi-petinggi Kerajaan Majapahit.
Syekh Jumadil Kubro menggunakan bahasa-bahasa
lokal dalam dakwahnya.
Seperti salat diganti sembahyang, tempat pemujaan
dewa sanggar menjadi langgar.
Sehingga banyak yang menerima ajaran Islam yang
dibawa oleh Syekh Jumadil Kubro.
Dalam studi penelitian yang ditulis oleh
Fitriyatul Ulum, Syaikh Jumadil Kubro wafat
pada tahun 1465 di usia 116 tahun.
Beliau wafat dalam pertempuran melawan para
Adipati Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu.
Banyak masyarakat yang percaya, Syekh Jumadil Kubro
dikebumikan di suatu tempat yang kini menjadi
komplek makam Troloyo.
Memiliki luas area 3,5 acre atau 14.164 meter persegi.
Makam Syekh Jumadil Kubro (Foto/indrajatim)
Makam Syekh Jumadil Kubro memiliki area paling luas.
Sebuah pendopo yang ditutupi gerbang kayu kokoh
melingkupi makam Syekh Jumadil Kubro.
Tembok dan gapura area makam Troloyo kental akan
nuansa Kerajaan Majapahit.
Yakni, tembok putih yang tinggi kurang lebih 1,8 meter,
terbuat dari batu bata besar membatasi plataran makam.
Sebagai penghubung ada jalan setapak antar plataran.
Di Makam Troloyo tidak hanya menjadi tempat
dikuburkannya Syekh Jumadil Kubro.
Beberapa ulama dan anggota Kerajaan Majapahit
di makamkan di sini. Seperti di antaranya
Imamuddin Sofari, Tumenggung Satim Singomoyo,
Patas Angin, Nyai Roro Kepyur, Syekh Al Husain,
Syekh Jumadil Kubro, Sayid Usman Haji, Raden Kumdowo,
Ki Ageng Surgi, Syekh Jaejani, Abd. Rochim, Abd.
Rochim, Syekh Qohar, Mbah Besuki, Ratu Ayu Kenconowungu,
Mbah Notosuryo, Syekh Maliki, Mbah Rembyong,
Puspa Negoro beserta keluarga.
Disqus comments